Instagram

Thursday, December 31, 2020

My closing statement of 2020

The end of the year.


‘This too shall pass’. 


Yes! This 2020 will pass for sure, whether you like it or not.

And we may be wondering what all this 2021 looks like.


So, my sane resolution will be:

  1. Having a healthy body, mind, and soul.
  2. Can fulfill my daily needs
  3. Can afford  coffee beans 


Thank you and bye 2020, welcome 2021


🙏




My Christmas Story

My Christmas Story

Natal anti mainstream, natal yang aneh


Aneh buat saya karena saya terbiasa sibuk dengan tugas2 permusikan saat natal, dan kali ini sepi nyenyep.


Aneh karena saat malam natal kali ini, saya seperti tanpa rasa, bengong, karena insiden ‘reaktif’. Tapi, setelah misa virtual, merasa lebih tenang dan nyaman.


Efek dari kegalauan itu, akhirnya hanya bisa zoom dengan orang2 tersayang, ditemani menu pecel ikan nila.


Aneh karena terbiasa mendapatkan ‘bingkisan natal’ yang berlimpah, apalagi saat harus mengiringi banyak koor. Tapi kali ini sangat jauh berkurang. Puji Tuhan masih ada yang bermurah hati mengirimkan bingkisan natal dari orang2 yang tidak saya duga. Semoga mereka beroleh berkat melimpah.


Aneh karena selama 20 thn kehidupan berumah tangga, tidak pernah punya pernak-pernik natal, dan tidak pernah mau ketempatan untuk kumpul2 natal. Tapi kali ini, saya punya dekor natal, menu natal, serta ketempatan merayakan natal bersama kelurga inti, untuk pertama kalinya.


Aneh karena saya bisa menyelesaikan surat Lukas. Tidak pernah terpikirkan sama sekali seumur hidup.


Aneh karena foto-foto ditemani tanaman.


Semua keanehan dan ke-anti mainstream-an tersebut, diakhiri dengan rasa bahagia dan ucapan syukur karena akhirnya saya dan keluarga bisa berkumpul dan makan siang secara sederhana di rumah. Yang reaktif mendapatkan hasil negatif. Puji Tuhan.




Sunday, August 23, 2020

Calathea

Belakangan ini, semenjak ada PSBB dan harus di rumah, banyak orang yang melakukan kegiatan berkebun. Saya sendiri sudah beberapa tahun belakangan memang melakukan hal ini. Nah, hal yang barunya adalah, saya mulai memasukkan tanaman-tanaman tersebut ke dalam rumah. Indoor. 

Yang saya mau cerita adalah, tentang Calathea. Waktu saya membeli tanaman tersebut, saya yakin sekali kalau daun-daunnya saling berjauhan (ada 3 helai). Itu kondisinya adalah saat siang hari. Lalu, sore hari, saya mau meletakan batu-batu putih di atas media tanam dalam pot. Saya kaget dan bingung, kok daun-daunnya jadi begitu ya. Mereka berdekatan dan mengumpul saling berhadapan. Saya jadi takut. Jangan-jangan, tanaman ini ada yang ‘aneh-aneh’. Hahahaha.
Lalu sambil masih bingung, saya menggunakan aplikasi pada gadget untuk mencari detail mengenai tanaman ini. Daaaann, ternyata, tanaman tersebut memang bisa berpindah posisinya. Hahahaha. Saya jadi tertawa sendiri, menertawakan ketidakpahaman saya karena baru pertama mengenal Calathea. Padahal, tanaman lidah buaya saya juga bisa berubah posisi, tapi karena saat itu parno, jadi tidak terpikir kalau bisa juga terjadi di tanaman lain.

Penampakan Calatheanya bisa dilihat pada gambar



Wednesday, June 10, 2020

Sehari-hari disaat pandemi

Hanya mau cerita

Sejak  pertengahan bulan maret 2020, saya dan juga hampir seluruh warga di Jakarta dan dunia, diharuskan berdiam/bekerja di rumah.

Tapi akhirnya saya menulis ini karena di bulan Juni ini, saya merasa lelah hati dengan kondisi ini. Dan mungkin teman-teman lain pun ada yang merasakan hal ini.

Saya berusaha untuk menikmati, tapi kok lelah. Saya merasa seperti debt collector yang harus mengejar-ngejar murid, belum lagi yang tidak bisa dihubungi karena tidur, lupa atau berbagai macam alasan. Lalu beberapa waktu kemudian, dengan tanpa rasa bersalah, minta untuk bisa les, ga peduli kalau saya ada murid lain atau ada meeting, atau ada kegiatan lain. Belum lagi yang minta koreksi untuk hasil video yang mereka buat. Tidak kenal waktu, mau subuh, mau jam tidur/istirahat (semacam spbu 24 jam), mereka kirim saja dan minta komentar. Ada juga orang tua yang tidak menyampaikan info seperti yang saya harap bisa disampaikan ke anaknya dengan tepat. Alhasil membuat jadwal mengajar jadi berantakan. Belum lagi mengatur jadwal dilakukan sendiri, merayu/approach murid dan ortu dilakukan sendiri, membuat absen sendiri, bahkan menagih uang kursus juga sendiri. Me, becoming one man (woman) show.

Tapi tidak dipungkiri juga, pasti adalah yang bisa dinikmati. Salah satunya yang terasa adalah, saat hujan deras, tetap bisa mengajar tanpa khawatir kuyup karena kebasahan di perjalanan. Hehehehe..

Yah, itu tadi, cuma mau cerita ajah, Tanpa ada maksud apa-apa.

Nduk, semangat yooo..