Instagram

Sunday, December 14, 2025

AGAK LAEN




Hari ini ada yang enggan pergi ke Gereja. Tapi dia sudah bangun pagi dan mandi. Singkat cerita, akhirnya kami keluar rumah di waktu yang terbilang masih pagi. Di perjalanan, kami mengarah ke TangSel. Tapi, tiba-tiba, dia berubah pikiran dan akhirnya berputar haluan menuju ke Jakarta.

Karena belum sarapan, kami mencari tempat untuk makan. Sepanjang jalan berdiskusi, tidak menemukan kesepakatan. Tapi, saat di pertigaan lampu merah kami berhenti, ada warteg yang terlilhat bersih dan cemerlang..haha. Warnanya hijau dan oren. Akhirnya kami sarapan di situ. Berdua Rp 39.000 saja.

Dari sarapan, kami bingung lagi mau kemana. Diputuskan mau ke suatu tempat nongki yang mesin edc nya disediakan oleh kantor Pak Su. Setiba di seputaran lokasi, dia berubah pikiran karena melihat tempat ngopi yang unik, vintage. Kami terdampar di situ. Tempatnya seru, F&B nya juga nikmat, walaupun harganya 10X lipat dibanding sarapan kami. Haha..

Setelah selesai ngopi, rencananya kami mau lanjut nonton, dan akhirnya kami nonton 'Agak Laen'. Ngakak beramai-ramai se-studio..lol. Lalu di tengah film berlangsung, ada telpon masuk. Karena bising, akhirnya kirim iMssg. Ternyata dibutuhkan di Misa di Gereja di Bintaro..Jeng..jeng..
Langsung deh ngacir, sampai pegal pundak dan punggung karena tegang di atas motor. Plus gemetaran, deg-deg-an, khawatir tidak bisa tiba on time. Plus belum tahu lagu-lagunya. 

Sepanjang perjalanan, berusaha menenangkan diri sendiri. 'Ini bukan kekuatanku, Beliau yang menyuruhku, maka Dia yang akan mendukungku'. Puji Tuhan, tiba sekitar 35 menit sebelum Misa. Langsung setting electone, dan koordinasi dengan anggota koor. Seluruh proses berjalan lancar, puji Tuhan. 

Yang tak disangka, ternyata pemimpin misanya adalah Pastor yang pada tahun 2016, kami bersama nge-bolang di Poland. Huaaa...senangnya. 

Jalan hidup kita itu bukan kebetulan, semua sudah diatur. Tapi seringnya kita kurang peka. Hari ini, kuikuti semua prosesnya, dan memang jadi makin agak laen. Tidak bisa dinalar. Hanya bisa dinikmati dan diimani. Pondok kacang, Meruya, Cikini, Metropole, Bintaro, Graha Raya, semua dilalui dengan aman. Bersyukur juga, adik yang sedang sakit, ternyata tidak perlu dirawat di RS.

Summary:
1. Yang enggan ke Gereja akhirnya Misa
2. Ngopi lebih mahal dari makan berat
3. Bisa-bisanya, kostum hari ini sesuai dengan minggu Gaudete; Pink
4. Romo khotbah sambil nyanyi Cikini ke Gondangdia, aku riding Cikini ke Bintaro..wkwkwkwk
5. Bertemu Romo Doktor yang langka, hampir 10 tahun kemudian
6. Lagu-lagu misa, sudah pernah kumainkan, jadi lebih tenang dan PD
7. Adik tidak dirawat

Terima kasih Tuhan, untuk hari yang agak laen yang boleh kami lalui bersama kasih penyertaan-Mu

PS. Melanjutkan tulisan yang di post sebelum ini, keluarga yang sakit akhirnya sembuh jiwanya. RIP Tian.

Thursday, October 30, 2025



Pergumulan

Hai, sudah bertahun-tahun tidak mampir ke sini. 
Hari ini dapat info kalau ada saudara yang ternyata sakit dan cukup memprihatinkan. 
Padahal, hari ini juga tadinya mau ke klinik untuk konsul melasma.
Lalu, jadi berpikir dua kali untuk melanjutkan ke klinik. Pertama, karena kalau yang sakit sampai memburuk, berarti harus ada ekstra pengeluaran. Kedua, saat saya bergumul dengan proses penuaan, ketidaknyamanan di badan, dan perjuangan untuk tetap bisa aktif dan tetap bisa tampil menarik, di sisi lain, dihadapkan bahwa itu semua hanya penampilan luar, yang saat waktunya sakit, semua tidak berguna. 
Jadi, haruskah dilanjutkan ke klinik?

Tuesday, January 05, 2021

Saat hujan


Saat ini sedang hujan.🌧.

Sejak kemarin, saya berusaha mencarikan rumah sakit untuk teman yang sangat membutuhkannya. Sampai pagi ini, tidak ada hasil. Teman saya sudah lemah dan tertidur. Saya sedih, ada sedikit perasaan kecewa juga. Tapi berusaha untuk yakin bahwa ini semua ada di rencana-Nya.

Ya, saya akan sangat merasa bahagia jika teman saya bisa mendapatkan rumah sakit yang sesuai kebutuhannya. Ya, saya akan sangat bahagia jika teman saya akhirnya bisa bangun kembali dan sembuh. Tapi itu semua ‘saya’. 

Tuhan, tolong dia (teman saya) ya. Bukan karena saya, tapi karena belas kasih-Mu. Semoga dia segera bisa mendapatkan perawatan yang diperlukan, dan bisa segera pulih, seturut kehendak-Mu. Berkati juga keluarga dan para petugas kesehatan dengan kasih berlimpah, dalam perjuangan pelayanan mereka untuk merawat pasien.

Kekecewaan dan kekhawatiran tak dapat mengubah sehasta saja jalan hidupku. Maka, aku tidak khawatir. Karena ini semua tidak lepas dari rencana dan rancangan-Mu.

Get well soon my friend
Thank you Lord
Tenanglah jiwaku
🙏





Thursday, December 31, 2020

My closing statement of 2020

The end of the year.


‘This too shall pass’. 


Yes! This 2020 will pass for sure, whether you like it or not.

And we may be wondering what all this 2021 looks like.


So, my sane resolution will be:

  1. Having a healthy body, mind, and soul.
  2. Can fulfill my daily needs
  3. Can afford  coffee beans 


Thank you and bye 2020, welcome 2021


🙏




My Christmas Story

My Christmas Story

Natal anti mainstream, natal yang aneh


Aneh buat saya karena saya terbiasa sibuk dengan tugas2 permusikan saat natal, dan kali ini sepi nyenyep.


Aneh karena saat malam natal kali ini, saya seperti tanpa rasa, bengong, karena insiden ‘reaktif’. Tapi, setelah misa virtual, merasa lebih tenang dan nyaman.


Efek dari kegalauan itu, akhirnya hanya bisa zoom dengan orang2 tersayang, ditemani menu pecel ikan nila.


Aneh karena terbiasa mendapatkan ‘bingkisan natal’ yang berlimpah, apalagi saat harus mengiringi banyak koor. Tapi kali ini sangat jauh berkurang. Puji Tuhan masih ada yang bermurah hati mengirimkan bingkisan natal dari orang2 yang tidak saya duga. Semoga mereka beroleh berkat melimpah.


Aneh karena selama 20 thn kehidupan berumah tangga, tidak pernah punya pernak-pernik natal, dan tidak pernah mau ketempatan untuk kumpul2 natal. Tapi kali ini, saya punya dekor natal, menu natal, serta ketempatan merayakan natal bersama kelurga inti, untuk pertama kalinya.


Aneh karena saya bisa menyelesaikan surat Lukas. Tidak pernah terpikirkan sama sekali seumur hidup.


Aneh karena foto-foto ditemani tanaman.


Semua keanehan dan ke-anti mainstream-an tersebut, diakhiri dengan rasa bahagia dan ucapan syukur karena akhirnya saya dan keluarga bisa berkumpul dan makan siang secara sederhana di rumah. Yang reaktif mendapatkan hasil negatif. Puji Tuhan.




Sunday, August 23, 2020

Calathea

Belakangan ini, semenjak ada PSBB dan harus di rumah, banyak orang yang melakukan kegiatan berkebun. Saya sendiri sudah beberapa tahun belakangan memang melakukan hal ini. Nah, hal yang barunya adalah, saya mulai memasukkan tanaman-tanaman tersebut ke dalam rumah. Indoor. 

Yang saya mau cerita adalah, tentang Calathea. Waktu saya membeli tanaman tersebut, saya yakin sekali kalau daun-daunnya saling berjauhan (ada 3 helai). Itu kondisinya adalah saat siang hari. Lalu, sore hari, saya mau meletakan batu-batu putih di atas media tanam dalam pot. Saya kaget dan bingung, kok daun-daunnya jadi begitu ya. Mereka berdekatan dan mengumpul saling berhadapan. Saya jadi takut. Jangan-jangan, tanaman ini ada yang ‘aneh-aneh’. Hahahaha.
Lalu sambil masih bingung, saya menggunakan aplikasi pada gadget untuk mencari detail mengenai tanaman ini. Daaaann, ternyata, tanaman tersebut memang bisa berpindah posisinya. Hahahaha. Saya jadi tertawa sendiri, menertawakan ketidakpahaman saya karena baru pertama mengenal Calathea. Padahal, tanaman lidah buaya saya juga bisa berubah posisi, tapi karena saat itu parno, jadi tidak terpikir kalau bisa juga terjadi di tanaman lain.

Penampakan Calatheanya bisa dilihat pada gambar



Wednesday, June 10, 2020

Sehari-hari disaat pandemi

Hanya mau cerita

Sejak  pertengahan bulan maret 2020, saya dan juga hampir seluruh warga di Jakarta dan dunia, diharuskan berdiam/bekerja di rumah.

Tapi akhirnya saya menulis ini karena di bulan Juni ini, saya merasa lelah hati dengan kondisi ini. Dan mungkin teman-teman lain pun ada yang merasakan hal ini.

Saya berusaha untuk menikmati, tapi kok lelah. Saya merasa seperti debt collector yang harus mengejar-ngejar murid, belum lagi yang tidak bisa dihubungi karena tidur, lupa atau berbagai macam alasan. Lalu beberapa waktu kemudian, dengan tanpa rasa bersalah, minta untuk bisa les, ga peduli kalau saya ada murid lain atau ada meeting, atau ada kegiatan lain. Belum lagi yang minta koreksi untuk hasil video yang mereka buat. Tidak kenal waktu, mau subuh, mau jam tidur/istirahat (semacam spbu 24 jam), mereka kirim saja dan minta komentar. Ada juga orang tua yang tidak menyampaikan info seperti yang saya harap bisa disampaikan ke anaknya dengan tepat. Alhasil membuat jadwal mengajar jadi berantakan. Belum lagi mengatur jadwal dilakukan sendiri, merayu/approach murid dan ortu dilakukan sendiri, membuat absen sendiri, bahkan menagih uang kursus juga sendiri. Me, becoming one man (woman) show.

Tapi tidak dipungkiri juga, pasti adalah yang bisa dinikmati. Salah satunya yang terasa adalah, saat hujan deras, tetap bisa mengajar tanpa khawatir kuyup karena kebasahan di perjalanan. Hehehehe..

Yah, itu tadi, cuma mau cerita ajah, Tanpa ada maksud apa-apa.

Nduk, semangat yooo..



Thursday, November 28, 2019

Mendengarkan

Pada bulan November ini, saya banyak mengalami hal-hal baru yang tak terduga. Dari pengalaman ini, saya mencoba untuk merangkumnya. Dan ini hanyalah pendapat dan pandangan saya. Bukan untuk 'dibenarkan' atau 'disalahkan'.

Pada tanggal 19 November 2019, saya berkesempatan mengikuti rapat di salah satu kementrian. Jujur, rapat ini 'bukan saya banget'. Hahaha. Tapi karena diharuskan untuk berangkat, maka saya meneguhkan hati dan pikiran untuk bisa mengikutinya. 

Memang segala sesuatu itu ada balance-nya. Positif dan negatifnya. Positifnya adalah, saya jadi punya pengalaman bagaimana situasi saat rapat di kementrian, bertemu dengan para 'pakar' di bidangnya, bertemu dengan para 'cendekia' (Doktor, mungkin Profesor), sedangkan saya, hanya kroco mumet, instruktur receh yang 'berbicarapun saya sulit' (ikutan iklan).

Daaann, untuk negatifnya (saya merasa kalau hal ini negatif, mungkin untuk orang lain, belum tentu), adalah, kebanyakan dari peserta rapat seperti tidak memahami apa yang disampaikan oleh peserta sebelumnya. Mereka kebanyakan lebih dahulu memprotek (defensif) dirinya atau unitnya atau apalah, saya pun tak paham. Mereka tidak mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan. Sebelum selesai, mereka sudah dengan mudah membuat kesimpulan dan kemudian menyerang. Apakah memang kebanyakan rapat berjalan seperti itu? Saya pun tak paham.


Lalu, yang masih hangat (baru beberapa hari ini) adalah, viral-nya berita mengenai artis AM yang dihujat karena wawancaranya dengan acara di luar negeri. Kalau saya pribadi sih merasa tidak ada yang salah dengan wawancara tersebut (durasi 27 menit). Dia hanya menyampaikan kebenaran. Bukan salah dia juga kalau dia terlahir dengan darah seperti itu. Tidak ada juga dia mendiskreditkan negara ini. Pertanyannya, sudahkah para penghujat tersebut mendengarkan dengan baik seluruh interview tersebut?

Tidak bisakah terlebih dahulu mendengarkan dengan seksama? Saya rasa, kalau setiap orang mau mendengarkan, apalagi mau 'standing on someone's shoes', pasti orang-orang tersebut akan mempunyai perspektif berbeda dalam memandang setiap permasalahan, tanpa terburu-buru membuat kesimpulan, mengkotak-kotakan, lalu menghakiminya.

Di lain kesempatan, saat saya terbang dari Jambi ke Jakarta, saya duduk sederet dengan seorang bapak. Awalnya, dia menyapa saya karena dia ingin duduk di seat saya. Tapi dengan sopan saya jawab : 'kita duduk sesuai seat dulu ya pak'. Dan bapak tersebut mau mengerti, sambil berkata :'iya, takutnya nanti di sebelah saya (sisi satunya), penumpangnya wanita'. Singkat cerita, akhirnya kami tetap duduk sesuai seat kami masing-masing. 

Beberapa saat setelah take off, bapak tersebut kembali membuka pembicaraan. Dan yang lucunya, saya itu biasanya paling malas untuk making conversation dengan orang tidak dikenal. Tapi kok sama bapak ini, saya menjawabnya dengan santai. Dari pembicaraan kami, saya tahu bahwa bapak ini bukan orang sembarangan. Secara, dia kenal dengan bapak lainnya yang di seberang gang kami, yaitu bapak Marzuki Usman. Sedangkan saya, ingat pun tidak, kalau bukan bapak tersebut yang bilang, hahaha, saya parah.

Saya banyak mendapat pelajaran dan pandangan berbeda setelah berbicara dengan bapak ini. 'Jaman milenial ini, jangan ada lagi senior-junior. Kalau mau negara ini maju dan ada perubahan ke arah yang lebih baik, maka setiap orang harus mau mendengarkan, harus berani menyampaikan ide, harus berani dan mau dikoreksi. Karena, saat ada Senioritas, maka Junior akan enggan untuk menyampaikan ide-ide, karena ter-barikade oleh senioritas, padahal junior mempunyai ide yang baik. Lalu yang senior merasa mempunyai kekuatan untuk memboikot ide tersebut. Jadi jalan di tempat deh, ga maju-maju'.

'Lalu, ada juga orang-orang yang hanya tahu 50% dan orang-orang yang memang tahu 100%. Orang-orang yang tahu 50% ini akan bertingkah laku seperti tahu 100%. Bagaimana cara menambah yang sisa 50% nya? Ya dengan cara marah, defensif, dan bahkan menyerang'. Hahahaha, terjawab sudah kegundahan hati yang saya rasakan saat saya selesai mengikuti rapat di kementrian yang saya sebutkan di atas. 

Memang tidak mudah untuk bisa mendengarkan dengan baik, karena pada hakikatnya, manusia itu lebih senang didengarkan daripada mendengarkan, lebih senang dipuji daripada memuji, dan manusia itu ingin selalu menjadi yang utama. Tapi kalau semuanya tidak mau berusaha, maka tidak akan ada kemajuan. Presidennya sekarang hanya S-1, menterinya bisa ada yang S-3, tapi yang S-1 mempunyai ide-ide yang milenial. Menterinya cuma S-2, tapi pembantunya ada yang S-3 bahkan profesor. Tapi sang mentri mempunya visi yang milenial. Nah, apakah akan terus terpaku dengan senioritas, dan hanya bisa marah untuk mengisi sisa 50% tadi?

Kita doakan semoga akan ada perubahan baik dalam setiap aspek kehidupan kita, baik dalam pekerjaan, berumah tangga, bersosialisasi, dan bernegara.

*Terima kasih Pak  (Dosen UNJA, Staff ahli BRG, saksi ahli) untuk diskusinya.