Sebenarnya, semua kegiatan di hari minggu ini, bukan rencana saya, kecuali survey sekolah di daerah sabang. Jadi, saya hanya mengikuti rencana suami yang memang sudah mengatur semua rencana di hari minggu ini. Dan, ternyata, salah satunya adalah, mencoba MRT.
Singkat cerita, kami tiba di stasiun MRT Bundaran HI. Setelah tap kartu, kami masuk ke ruang tunggu. Tidak berapa lama, datanglah rangkaian MRT, lalu kami naik. Kami dapat tempat duduk. Tapi tidak berapa lama, datanglah segerombolan ibu-ibu yang berkostum atasan merah dan bawahan batik. Mereka sudah cukup berumur. Tapi hebohnya luar biasa (foto-foto, teriak-teriak dengan temannya, minta orang lain bertukar tempat duduk, menyuruh petugas untuk pergi karena ‘dianggap mengganggu’ background sesi foto mereka, dan juga candaan/celotehan mereka). Akhirnya saya dan suami, tersingkirkan. Mereka yang duduk semua.
Selang beberapa waktu, tiba-tiba semua lampu, baik yang di dalam rangkaian kereta maupun yang di ruang tunggu, mati. Gelap, tapi masih bisa melihat sekeliling. Lalu ada suara di announcer, sampai 3x pengumuman, yang akhirnya petugas secara tersirat menyarankan untuk naik transportasi lain. Maka, saya dan suami keluar dari rangkaian untuk melanjutkan kegiatan kami yang lain. Tapi 99,9 % penumpang lainnya masih bertahan di rangkaian. Saya tidak tahu, kapan akhirnya mereka keluar karena mengetahui bahwa gangguan listriknya bertahan sampai keesokan harinya. Hahaha.
Saat kami keluar dari stasiun, yang memang bertangga cukup curam, saya melihat para penumpang yang sudah sepuh harus mengesot di tangga untuk bisa menuju luar. Kasihan, tapi mau bagaimana lagi. Lift tidak berfungsi.
Dan akhirnya, saya dan suami batal menjajal MRT, rencana kegiatan hari minggu saya dan suami pun jadi berubah semua, karena suami harus ke kantor untuk urus genset dan perlengkapan lainnya agar tetap bisa beroperasi seperti seharusnya.
No comments:
Post a Comment