Instagram

Tuesday, January 05, 2021

Saat hujan


Saat ini sedang hujan.🌧.

Sejak kemarin, saya berusaha mencarikan rumah sakit untuk teman yang sangat membutuhkannya. Sampai pagi ini, tidak ada hasil. Teman saya sudah lemah dan tertidur. Saya sedih, ada sedikit perasaan kecewa juga. Tapi berusaha untuk yakin bahwa ini semua ada di rencana-Nya.

Ya, saya akan sangat merasa bahagia jika teman saya bisa mendapatkan rumah sakit yang sesuai kebutuhannya. Ya, saya akan sangat bahagia jika teman saya akhirnya bisa bangun kembali dan sembuh. Tapi itu semua ‘saya’. 

Tuhan, tolong dia (teman saya) ya. Bukan karena saya, tapi karena belas kasih-Mu. Semoga dia segera bisa mendapatkan perawatan yang diperlukan, dan bisa segera pulih, seturut kehendak-Mu. Berkati juga keluarga dan para petugas kesehatan dengan kasih berlimpah, dalam perjuangan pelayanan mereka untuk merawat pasien.

Kekecewaan dan kekhawatiran tak dapat mengubah sehasta saja jalan hidupku. Maka, aku tidak khawatir. Karena ini semua tidak lepas dari rencana dan rancangan-Mu.

Get well soon my friend
Thank you Lord
Tenanglah jiwaku
🙏





Thursday, December 31, 2020

My closing statement of 2020

The end of the year.


‘This too shall pass’. 


Yes! This 2020 will pass for sure, whether you like it or not.

And we may be wondering what all this 2021 looks like.


So, my sane resolution will be:

  1. Having a healthy body, mind, and soul.
  2. Can fulfill my daily needs
  3. Can afford  coffee beans 


Thank you and bye 2020, welcome 2021


🙏




My Christmas Story

My Christmas Story

Natal anti mainstream, natal yang aneh


Aneh buat saya karena saya terbiasa sibuk dengan tugas2 permusikan saat natal, dan kali ini sepi nyenyep.


Aneh karena saat malam natal kali ini, saya seperti tanpa rasa, bengong, karena insiden ‘reaktif’. Tapi, setelah misa virtual, merasa lebih tenang dan nyaman.


Efek dari kegalauan itu, akhirnya hanya bisa zoom dengan orang2 tersayang, ditemani menu pecel ikan nila.


Aneh karena terbiasa mendapatkan ‘bingkisan natal’ yang berlimpah, apalagi saat harus mengiringi banyak koor. Tapi kali ini sangat jauh berkurang. Puji Tuhan masih ada yang bermurah hati mengirimkan bingkisan natal dari orang2 yang tidak saya duga. Semoga mereka beroleh berkat melimpah.


Aneh karena selama 20 thn kehidupan berumah tangga, tidak pernah punya pernak-pernik natal, dan tidak pernah mau ketempatan untuk kumpul2 natal. Tapi kali ini, saya punya dekor natal, menu natal, serta ketempatan merayakan natal bersama kelurga inti, untuk pertama kalinya.


Aneh karena saya bisa menyelesaikan surat Lukas. Tidak pernah terpikirkan sama sekali seumur hidup.


Aneh karena foto-foto ditemani tanaman.


Semua keanehan dan ke-anti mainstream-an tersebut, diakhiri dengan rasa bahagia dan ucapan syukur karena akhirnya saya dan keluarga bisa berkumpul dan makan siang secara sederhana di rumah. Yang reaktif mendapatkan hasil negatif. Puji Tuhan.




Sunday, August 23, 2020

Calathea

Belakangan ini, semenjak ada PSBB dan harus di rumah, banyak orang yang melakukan kegiatan berkebun. Saya sendiri sudah beberapa tahun belakangan memang melakukan hal ini. Nah, hal yang barunya adalah, saya mulai memasukkan tanaman-tanaman tersebut ke dalam rumah. Indoor. 

Yang saya mau cerita adalah, tentang Calathea. Waktu saya membeli tanaman tersebut, saya yakin sekali kalau daun-daunnya saling berjauhan (ada 3 helai). Itu kondisinya adalah saat siang hari. Lalu, sore hari, saya mau meletakan batu-batu putih di atas media tanam dalam pot. Saya kaget dan bingung, kok daun-daunnya jadi begitu ya. Mereka berdekatan dan mengumpul saling berhadapan. Saya jadi takut. Jangan-jangan, tanaman ini ada yang ‘aneh-aneh’. Hahahaha.
Lalu sambil masih bingung, saya menggunakan aplikasi pada gadget untuk mencari detail mengenai tanaman ini. Daaaann, ternyata, tanaman tersebut memang bisa berpindah posisinya. Hahahaha. Saya jadi tertawa sendiri, menertawakan ketidakpahaman saya karena baru pertama mengenal Calathea. Padahal, tanaman lidah buaya saya juga bisa berubah posisi, tapi karena saat itu parno, jadi tidak terpikir kalau bisa juga terjadi di tanaman lain.

Penampakan Calatheanya bisa dilihat pada gambar



Wednesday, June 10, 2020

Sehari-hari disaat pandemi

Hanya mau cerita

Sejak  pertengahan bulan maret 2020, saya dan juga hampir seluruh warga di Jakarta dan dunia, diharuskan berdiam/bekerja di rumah.

Tapi akhirnya saya menulis ini karena di bulan Juni ini, saya merasa lelah hati dengan kondisi ini. Dan mungkin teman-teman lain pun ada yang merasakan hal ini.

Saya berusaha untuk menikmati, tapi kok lelah. Saya merasa seperti debt collector yang harus mengejar-ngejar murid, belum lagi yang tidak bisa dihubungi karena tidur, lupa atau berbagai macam alasan. Lalu beberapa waktu kemudian, dengan tanpa rasa bersalah, minta untuk bisa les, ga peduli kalau saya ada murid lain atau ada meeting, atau ada kegiatan lain. Belum lagi yang minta koreksi untuk hasil video yang mereka buat. Tidak kenal waktu, mau subuh, mau jam tidur/istirahat (semacam spbu 24 jam), mereka kirim saja dan minta komentar. Ada juga orang tua yang tidak menyampaikan info seperti yang saya harap bisa disampaikan ke anaknya dengan tepat. Alhasil membuat jadwal mengajar jadi berantakan. Belum lagi mengatur jadwal dilakukan sendiri, merayu/approach murid dan ortu dilakukan sendiri, membuat absen sendiri, bahkan menagih uang kursus juga sendiri. Me, becoming one man (woman) show.

Tapi tidak dipungkiri juga, pasti adalah yang bisa dinikmati. Salah satunya yang terasa adalah, saat hujan deras, tetap bisa mengajar tanpa khawatir kuyup karena kebasahan di perjalanan. Hehehehe..

Yah, itu tadi, cuma mau cerita ajah, Tanpa ada maksud apa-apa.

Nduk, semangat yooo..



Thursday, November 28, 2019

Mendengarkan

Pada bulan November ini, saya banyak mengalami hal-hal baru yang tak terduga. Dari pengalaman ini, saya mencoba untuk merangkumnya. Dan ini hanyalah pendapat dan pandangan saya. Bukan untuk 'dibenarkan' atau 'disalahkan'.

Pada tanggal 19 November 2019, saya berkesempatan mengikuti rapat di salah satu kementrian. Jujur, rapat ini 'bukan saya banget'. Hahaha. Tapi karena diharuskan untuk berangkat, maka saya meneguhkan hati dan pikiran untuk bisa mengikutinya. 

Memang segala sesuatu itu ada balance-nya. Positif dan negatifnya. Positifnya adalah, saya jadi punya pengalaman bagaimana situasi saat rapat di kementrian, bertemu dengan para 'pakar' di bidangnya, bertemu dengan para 'cendekia' (Doktor, mungkin Profesor), sedangkan saya, hanya kroco mumet, instruktur receh yang 'berbicarapun saya sulit' (ikutan iklan).

Daaann, untuk negatifnya (saya merasa kalau hal ini negatif, mungkin untuk orang lain, belum tentu), adalah, kebanyakan dari peserta rapat seperti tidak memahami apa yang disampaikan oleh peserta sebelumnya. Mereka kebanyakan lebih dahulu memprotek (defensif) dirinya atau unitnya atau apalah, saya pun tak paham. Mereka tidak mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan. Sebelum selesai, mereka sudah dengan mudah membuat kesimpulan dan kemudian menyerang. Apakah memang kebanyakan rapat berjalan seperti itu? Saya pun tak paham.


Lalu, yang masih hangat (baru beberapa hari ini) adalah, viral-nya berita mengenai artis AM yang dihujat karena wawancaranya dengan acara di luar negeri. Kalau saya pribadi sih merasa tidak ada yang salah dengan wawancara tersebut (durasi 27 menit). Dia hanya menyampaikan kebenaran. Bukan salah dia juga kalau dia terlahir dengan darah seperti itu. Tidak ada juga dia mendiskreditkan negara ini. Pertanyannya, sudahkah para penghujat tersebut mendengarkan dengan baik seluruh interview tersebut?

Tidak bisakah terlebih dahulu mendengarkan dengan seksama? Saya rasa, kalau setiap orang mau mendengarkan, apalagi mau 'standing on someone's shoes', pasti orang-orang tersebut akan mempunyai perspektif berbeda dalam memandang setiap permasalahan, tanpa terburu-buru membuat kesimpulan, mengkotak-kotakan, lalu menghakiminya.

Di lain kesempatan, saat saya terbang dari Jambi ke Jakarta, saya duduk sederet dengan seorang bapak. Awalnya, dia menyapa saya karena dia ingin duduk di seat saya. Tapi dengan sopan saya jawab : 'kita duduk sesuai seat dulu ya pak'. Dan bapak tersebut mau mengerti, sambil berkata :'iya, takutnya nanti di sebelah saya (sisi satunya), penumpangnya wanita'. Singkat cerita, akhirnya kami tetap duduk sesuai seat kami masing-masing. 

Beberapa saat setelah take off, bapak tersebut kembali membuka pembicaraan. Dan yang lucunya, saya itu biasanya paling malas untuk making conversation dengan orang tidak dikenal. Tapi kok sama bapak ini, saya menjawabnya dengan santai. Dari pembicaraan kami, saya tahu bahwa bapak ini bukan orang sembarangan. Secara, dia kenal dengan bapak lainnya yang di seberang gang kami, yaitu bapak Marzuki Usman. Sedangkan saya, ingat pun tidak, kalau bukan bapak tersebut yang bilang, hahaha, saya parah.

Saya banyak mendapat pelajaran dan pandangan berbeda setelah berbicara dengan bapak ini. 'Jaman milenial ini, jangan ada lagi senior-junior. Kalau mau negara ini maju dan ada perubahan ke arah yang lebih baik, maka setiap orang harus mau mendengarkan, harus berani menyampaikan ide, harus berani dan mau dikoreksi. Karena, saat ada Senioritas, maka Junior akan enggan untuk menyampaikan ide-ide, karena ter-barikade oleh senioritas, padahal junior mempunyai ide yang baik. Lalu yang senior merasa mempunyai kekuatan untuk memboikot ide tersebut. Jadi jalan di tempat deh, ga maju-maju'.

'Lalu, ada juga orang-orang yang hanya tahu 50% dan orang-orang yang memang tahu 100%. Orang-orang yang tahu 50% ini akan bertingkah laku seperti tahu 100%. Bagaimana cara menambah yang sisa 50% nya? Ya dengan cara marah, defensif, dan bahkan menyerang'. Hahahaha, terjawab sudah kegundahan hati yang saya rasakan saat saya selesai mengikuti rapat di kementrian yang saya sebutkan di atas. 

Memang tidak mudah untuk bisa mendengarkan dengan baik, karena pada hakikatnya, manusia itu lebih senang didengarkan daripada mendengarkan, lebih senang dipuji daripada memuji, dan manusia itu ingin selalu menjadi yang utama. Tapi kalau semuanya tidak mau berusaha, maka tidak akan ada kemajuan. Presidennya sekarang hanya S-1, menterinya bisa ada yang S-3, tapi yang S-1 mempunyai ide-ide yang milenial. Menterinya cuma S-2, tapi pembantunya ada yang S-3 bahkan profesor. Tapi sang mentri mempunya visi yang milenial. Nah, apakah akan terus terpaku dengan senioritas, dan hanya bisa marah untuk mengisi sisa 50% tadi?

Kita doakan semoga akan ada perubahan baik dalam setiap aspek kehidupan kita, baik dalam pekerjaan, berumah tangga, bersosialisasi, dan bernegara.

*Terima kasih Pak  (Dosen UNJA, Staff ahli BRG, saksi ahli) untuk diskusinya.

Saturday, November 09, 2019

In God's Plan : Sangat Mendadak.

Sudah beberapa bulan (mungkin 2 bulan), saya dan teman-teman mengintip tanggal 8, 9, dan 10 November. Kenapa? Karena, eh karena, itu adalah tanggal merah di hari sabtu (9 November).

Kami berencana ingin ke Semarang. Tapi apa daya, ternyata tiket kereta yang kami harapkan sesuai dengan jam keberangkatan yang kami incar, sudah habis. Akhirnya kami cari tujuan lain.

Dibuatlah pilihan seperti Cirebon dan Bandung. Ternyata teman-teman lebih banyak yang memilih Bandung. Kalau Cirebon, panas. Begitu kata mereka. Tapi kembali, ternyata jadwal keberangkatan kereta tidak cocok dengan waktu kami. Alhasil, kami mencari pilihan lain untuk sekedar 'pelarian singkat'.

Kemudian, diputuskan untuk sekedar nonton dan makan di hari sabtu. Hanya 1 hari. Oleh karena itu, saya menerima pekerjaan yang ditawarkan di hari minggu (10 November). Aman.

Beberapa hari berlalu sejak keputusan akhir. Tetapi saya mendapat info untuk mengikuti seminar di tanggal 9 dan 10 November. Wadaw. Saya jadi berkhianat ke teman-teman:(
Mereka kecewa, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. 

Seminggu setelah info untuk mengikuti seminar, kembali saya mendapat info bahwa ternyata saya tidak diikutsertakan dulu di seminar kali ini. What?! 
Kejadiannya tepat dua hari sebelum seminar dilaksanakan. Sangat mendadak. 

Tapi, bersamaan dengan info pembatalan seminar (sekitar 15 menit berselang), masuklah pesan WA yang isinya memberikan saya pekerjaan di hari sabtu. Sangat mendadak. 
Berhubung saya jadinya tidak ada jadwal di hari sabtu karena batal seminar, maka saya menerima pekerjaan tersebut. Dan yang sangat berkesan adalah, honor langsung ditransfer saat itu juga, padahal saya belum bekerja. Hahahaha. Sangat cepat.




Saya membuat tulisan ini di hari sabtu, setelah selesai bekerja dadakan tersebut. Yang menyenangkan di hari ini adalah, saya bisa merasa bahagia berkumpul dengan orang-orang yang hadir di acara tersebut. Bisa mendengarkan cerita, bisa bernyanyi dengan semangat, bisa membuat keseluruhan acara menjadi seru. Daaaan, saat hendak pamit pulang, masih diberi salam tempel dan dibekali makanan, plus ucapan terima kasih.

Yang ingin saya bagikan adalah, bahwa sebagai manusia, seringkali kita mengalami hal-hal yang tidak jelas, berputar-putar tanpa tahu akhirnya seperti apa. Dan dengan kondisi seperti ini, biasanya kita menjadi khawatir dan tidak sabar. 'Ini maunya apa sih?' 

Sayapun sempat merasa demikian. 'Kok semua rencana tidak beres?!' Sempat sedih juga karena dibatalkan seminar secara sepihak. Tapi ternyata Tuhan sudah punya rancangan untuk saya yang tidak bisa diatur dan dipatahkan oleh siapa pun. Seperti :"kamu tenang saja, Aku punya rencana yang sangat baik untukmu, dimana kehadiranmu lebih dibutuhkan dan dihargai. Dan Aku juga mau memberikan berkat lainnya untukmu."

Kesedihan, kekhawatiran, dan kegalauan, berubah menjadi sukacita tak terhingga. Disakiti, direndahkan, dikhianati, pasti akan dirasakan setiap manusia. Tapi saat kita sungguh sudah menyerahkan seluruhnya kepada-Nya, Dia akan punya cara untuk menggantinya dengan sesuatu yang tak terduga.

Bersyukur untuk hari ini. Semoga menjadi berkat bagi yang lain. Terima kasih.









Tuesday, August 06, 2019

Cerita di Hari Minggu, 4 Agustus 2019

Sebenarnya, semua kegiatan di hari minggu ini, bukan rencana saya, kecuali survey sekolah di daerah sabang. Jadi, saya hanya mengikuti rencana suami yang memang sudah mengatur semua rencana di hari minggu ini. Dan, ternyata, salah satunya adalah, mencoba MRT.
    
Singkat cerita, kami tiba di stasiun MRT Bundaran HI. Setelah tap kartu, kami masuk ke ruang tunggu. Tidak berapa lama, datanglah rangkaian MRT, lalu kami naik. Kami dapat tempat duduk. Tapi tidak berapa lama, datanglah segerombolan ibu-ibu yang berkostum atasan merah dan bawahan batik. Mereka sudah cukup berumur. Tapi hebohnya luar biasa (foto-foto, teriak-teriak dengan temannya, minta orang lain bertukar tempat duduk, menyuruh petugas untuk pergi karena ‘dianggap mengganggu’ background sesi foto mereka, dan juga candaan/celotehan mereka). Akhirnya saya dan suami, tersingkirkan. Mereka yang duduk semua. 
    
Selang beberapa waktu, tiba-tiba semua lampu, baik yang di dalam rangkaian kereta maupun yang di ruang tunggu, mati. Gelap, tapi masih bisa melihat sekeliling. Lalu ada suara di announcer, sampai 3x pengumuman, yang akhirnya petugas secara tersirat menyarankan untuk naik transportasi lain. Maka, saya dan suami keluar dari rangkaian untuk melanjutkan kegiatan kami yang lain. Tapi 99,9 % penumpang lainnya masih bertahan di rangkaian. Saya tidak tahu, kapan akhirnya mereka keluar karena mengetahui bahwa gangguan listriknya bertahan sampai keesokan harinya. Hahaha.
    
Saat kami keluar dari stasiun, yang memang bertangga cukup curam, saya melihat para penumpang yang sudah sepuh harus mengesot di tangga untuk bisa menuju luar. Kasihan, tapi mau bagaimana lagi. Lift tidak berfungsi. 
    
Dan akhirnya, saya dan suami batal menjajal MRT, rencana kegiatan hari minggu saya dan suami pun jadi berubah semua, karena suami harus ke kantor untuk urus genset dan perlengkapan lainnya agar tetap bisa beroperasi seperti seharusnya.